Senin, 05 Januari 2015

Backpacker Abal-abal Trip to Senggigi - Gili Trawangan (Part 4)

Pemandangan dari Malimbu Hill. Pulau Gili Trawangan terlihat dari atas sini



Setelah check-in dan naruh barang bawaan, kita ke depan homestay untuk nanyain motor yang sudah kita sewa. Pemilik dan staff penyewaan motor ternyata orang Bali. Mereka pakai bahasa Bali gitu. Berasa di kampung sendiri jadinya heheheee. Gak terlalu lama, staff ngasih kamu dua kunci. Sebagai jaminan, KTP aku dipinjam sebentar. Kami langsung nanya obyek wisata yang bias kami kunjungi sore itu juga. Mereka ngasih tahu Pantai Malimbu. Dari sana bias kelihatan Gili Trawangan. Oke lah, akhirnya kita berangkat. Di perjalanan kita beli bensin. 1 liter harganya Rp 10.000.

Sekitar 20 menit, kita sampai di bukit Malimbu dengan jembatan birunya. Setelah parkir motor, kita langsung foto-foto. Pemandangannya bagus! Bukit hijau, ombak biru dan langit cerah, komposisi yang sempurna. Kita tidak turun ke pantainya. Hanya melihat-lihat dari jembatan biru. Puas foto-foto dan liat pemandangan, kita makan jagung bakar. Perut kita laper banget. Tadi pagi Cuma makan mi goring itupun dibagi dua. Harga jagung bakar Rp 5.000 dan biaya parkirnya Rp 1.000 per motor.

Kita melanjutkan perjalanan kea rah utara. Jalanan sepi dan asri. Kiri kanan banyak ada pepohonan. Tapi kalau malam hari kelihatan serem karena tidak banyak ada bangunan disana. Tujuan selanjutnya adalah Pantai Nipah. Pantai berpasir putih dengan ombak yang tenang. Masuk ke pantai ini gratis. Hanya bayar parkir sebesar Rp 1.000 per motor. Pantai ini cocok buat snorkeling. Ada beberapa anak muda juga datang ke pantai ini untuk bersnorkeling. Ah saying aku tidak membawa baju ganti.

Pantai Nipah
Sehabis dari Pantai Nipah kita kembali ke homestay. Maunya sih mandi dulu, tapi kita malas. Akhirnya jalan-jalan ke Art Market dan pantai yang ada di belakang homestay. Pasir pantai tidak seputih pasir di Pantai Nipah, agak hitam. Banyak ada perahu yang bersandar di bibir pantai. Kita terus saja jalan, siapa tahu ada yang menarik. Eh, sedang asyik jalan, ada satpam yang menegur kalau kita tidak boleh memasuki areal pantai itu. Hanya pengunjung hotel yang boleh masuk. Diiihh, Marisa sampai trauma gitu gara-gara diusir satpam. Padahal pantai kan milik bersama. Pantai itu tidak dibangun sama pihak hotel kan? Jadi ingat waktu jalan-jalan ke Pantai di Nusa Dua. Selain pengunjung hotel, tidak ada yang boleh memasukki areal pantai. Sebel.

Kita lanjut jalan-jalan di sekitar homestay. Kita ketemu sama pemilik jasa penyewaan motor di depan homestay. Sebelumnya dia nawarin kita untuk rental mobil dengan harga Rp 550.000 dan diajak berkeliling ke Lombok Tengah. Kita sempat tawar dengan harga Rp 500.000, bapaknya gak ngasih. Harga terakhir yang dia tawarkan yakni Rp 515.000. Oke lah, kita setuju dengan harga itu. Kita melanjutkan perjalanan dan menemukan penjual gelato. Satu scoop harganya Rp 18.000. Kita beli dengan rasa yang berbeda dan saling icip. Kita kembali menyusuri jalan raya Senggigi. Banyak tempat penyewaan menyelam dan snorkeling. Ada beberapa butik dan café juga.

Hari mulai malam, kita memutuskan untuk mandi dan cari makan. Staff homestay menyarankan untuk makan di warung Cak Poer, harga disana terbilang cukup murah. Kita memutuskan untuk makan disana. Harga paling murah di warung Cak Poer sekitar Rp 17.000 untuk satu porsi nasi goreng. Kita bertiga order nasi goreng dan untuk minum, kita beli di mini market yang ada di depan warung. Hemaaaat…

Sekitar pukul 8 malam, kita iseng-iseng keliling dengan motor sambil ngabisin bensin. Kita sama sekali gak tahu jalan dan gak tahu mau kemana. Cuma lurus mengikuti jalan utama. Akhirnya kita sampai di jalan satu arah. Agak takut juga kalau kita nyasar. Kita terus saja jalan dan menemukan taman yang cukup ramai. Kami memutuskan untuk berhenti di taman yang diberi nama Adipura itu. Taman itu terletak di kota Ampenan. Linda dan Marisa beli cemilan yang dilapisi kocokkan telur goren, sedangkan aku beli pentol. Rasa kedua cemilan itu lumayan enak. Setelah puas, kita balik ke homestay. Sebelumnya kita tanya ke tukang parkir bagaimana cara ke Senggigi. Tukang parkir itu terlihat sedikit kaget. Ia member tahu kami agar jalan saja mengikuti jalan utama dan tinggal lurus untuk ke Senggigi. Terima kasih Pak Parkir. Sampai di homestay kita mau istirahat. Eh ternyata, temannya Marisa yang asli dari Lombok mau datang menemui dia. Kita dibawakan nasi lalapan dengan lauk ayam dan ikan goreng. Temannya pun membantu kita mencarikan penginapan di Gili Trawangan untuk tanggal 31 Desember, walau pada akhirnya bantuan temannya Marisa kami sia-siakan. Terima kasih dan maafkan kami yaa Bung Bejo.

Backpacker Abal-abal Trip to Senggigi - Gili Trawangan (Part 3)

28 Desember 2014, Linda dan Marisa sampai di Bali. Sebenarnya aku sudah siap jemput mereka di Terminal Ubung. Ternyata mereka dituruni di terminal Mengwi. Jarak dari rumah ke terminal Mengwi lumayan jauh. Jadi mereka naik travel deh ke rumahku. Eh, si Marisa mabuk! Hahahahaaa
Sore hari, Linda minta diajakin jalan-jalan ke Kuta. Akhir tahun gini biasanya merk-merk seperti Bilabong, Rip Curl, Roxy, pada diskon. Jadilah kita bertiga naik motor ke Kuta. Linda beli dress dari harga Rp 500.000 jadi Rp 75.000. WOW! Belanja di Kuta cuma sebentar. Sakitnya Marisa kumat lagi. Kasian dia, mukanya pucet banget. Puk puk Icha…

Yaaap.. akhirnya tanggal 29 Desember datang juga. Kita sudah siap berangkat dari jam 06:00. Kita diantar sama kakak iparku ke Terminal Batu Bulan. Kebetelun bapaknya melayani trek Batu Bulan – Padang Bai. Perjalanan ke Pelabuhan Padang Bai lumayan lama karena harus muter-muter dulu. Sekitar dua jam-an, akhirnya sampailah kita di pelabuhan. Kita langsung ke tempat pembelian tiket dan menuju kapal.

Banyak yang bilang kalau lama perjalanan dari Pelabuhan Padang Bai ke Pelabuhan Lembar Bolok sekitar 4 – 5 jam. Tapi kemarin kita beruntung banget. Lama perjalanan hanya 3 jam! Kapal ferry yang kita gunakan lumayan bersih. Ada ruang ekonomi dan ruang VIP. Awalnya kita takut masuk ke ruang VIP, takut nanti ada bayaran tambahannya. Maklum turis kere. Tapi kita lihat semua penumpang pada masuk ke ruang VIP. Cuma kita bertiga yang masih duduk-duduk cantik di ruang ekonomi. Akhirnya kita iseng-iseng masuk ke ruang VIP, Linda yang kebetulan mau ke kamar kecil, kami suruh tanya ke orang. Ini ruangan gratis kan? Hehe.. dan ternyata gratis! Lumayaaaan…

Sampai di Pelabuhan Lembar, kita tanya-tanya ke pak polisi yang lagi bertugas disana gimana cara mau ke Senggigi. Bapaknya random abis. Ada yang bilang naik taksi, sewa angkot, dan lain-lain. Yasudah lah, akhirnya kita jalan kaki ke luar pelabuhan. Sudah ada angkot yang ngetem di pinggir jalan untuk mengangkut penumpang. Kita tanya sama pak supir berapa biaya ke Mataram. Dia bilang Rp 20.000, terus kita naik. Rencana awal kita ke Mataram dulu, dari sana kita naik angkot atau taksi untuk ke Senggigi. Terus si pak supir nawarin untuk langsung nganter ke Senggigi dengan harga Rp 175.000. Aku kebetulan duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja, mengendarai kuda supaya baik jalannya, laaah, bercanda. Aku tawar jadi Rp 150.000, agak susah si nawarnya karena memang BBM habis naik November lalu. Rayu-rayu sedikit, akhirnya pak supir mau dengan harga yang kita tawarkan. Jadilah kita naik angkot eksklusif ke Senggigi. Lumayaaann..

Perjalanan dari pelabuhan ke Senggigi kurang lebih satu jam. Selama perjalanan aku melihat bagaimana suasana kota yang ada di Lombok Barat. Tidak terlalu ramai. Jalanan juga sudah mulus. Masuk ke kawasan Senggigi, bukit-bukit di kanan jalan dan pantai di kiri jalan. Jalanan agak menanjak dan lebih ramai dari jalanan sebelumnya. Sampai di Jalan Raya Senggigi, banyak ada café dan hotel berjejer di kiri dan kanan jalan. Kita sempet kelewatan nyari homestay-nya. Untung banget pak supirnya baik hati, dia nanya ke orang dimana Pondok Shinta Homestay. Akhirnya kita puter balik lagi. Homestay-nya nyempil dan bersebelahan dengan Art Market. Letak homestay juga sangat sangat dekat dengan pantai. Lumayaaaan…

Itinerary Trip to Senggigi - Gili Trawangan (Part 2)

Jauh sebelum hari keberangkatan kita, aku buat itinerary ini untuk memudahkan berapa biaya yang harus kita keluarkan selama disana. Tapi ini belum termasuk makan, cemal-cemil, minum, dan oleh-oleh yaaa.. Total budget yang aku bawa dari Bali sekitar Rp 1.500.000, itupun masih ada sisa sedikit. Lumayan lah, liburan pas high season jatuhnya gak nyampe 2 juta. Hihihiii

Itinerary Senggigi – Gili Trawangan (29 Desember 2014 – 1 Januari 2015)

Hari Tanggal 
Waktu
Kegiatan
Biaya
Hari 1
             Terminsl Ubung – Padang Bai
29-Dec-14
 6:00
Naik angkot/ bis
50,000
8:00
Sampai di Pelabuhan Padang Bai.
45,000
Naik Ferry menuju Pelabuhan Lembar Lombok. Lama perjalanan 4-5 jam.

12:00
Sampai Pelabuhan Lembar Lombok menuju Senggigi). Naik angkot 150.000 : 3
50,000

13:00
Cari Penginapan
60,000
180.000 : 3


Sewa motor
35,000
100.000 : 3







Total Pengeluaran
240,000








Hari 2
Perjalanan ke Desa Sasak, Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan


30-Dec-14
6:30
Breakfast mi goreng

Check out.

7:00
Sewa mobil 12 jam (sopir + BBM)
172,000
515.000 : 3

11:00
Biaya pemandu di Desa Sasak
10,000
`
15:00
Menuju Pel. Bangsal.
18,000
Menyebrang ke Gili Trawangan dengan public boat

17:00
Check in di Mawar Bungalow
235,000
700.000 : 3






Total Pengeluaran
435,000




Hari 3

Explore Gili Trawangan

31-Dec-14
9:00
Snorkeling 3 Gili
110,000


15:00
Naik cidomo
50,000






Total Pengeluaran
160,000
Hari 4
Gili Trawangan - Bali
1-Jan-15
07.00
Bersiap-siap untuk check out



Dari GilTraw menuju Bali dengan fast boat
0



Naik ELF ke ByPass Ngurah Mantra   
70,000


Total Pengeluaran
70,000


TOTAL
905,000

Sisa-sisa perjalanan. Cuma bawa KTP, SIM C, ATM dan duit secukupnya

Backpacker Abal-abal Trip to Senggigi – Gili Trawangan (Part 1)

Perjalanan di akhir tahun yang mendadak. Itu lah yang ada di benakku ketika aku mengajak salah seorang teman untuk menghabiskan akhir tahun di Pulau Gili Trawangan. Awal Desember 2014 temanku, Linda, mengirim pesan melalui BBM bahwa ia ingin berlibur di Bali pada akhir tahun. Nah sekalian aja aku ajak dia untuk ke Gili Trawangan. Sudah lama sekali aku ingin menikmati keindahan pulau satu itu. Ia pun mengiyakan. Jadi lah aku mulai sibuk mencari berbagai informasi bagaimana menuju Gili Trawangan dan melihat-lihat biaya akomodasi disana melalui internet. Awalnya kita hanya ingin ke Gili Trawangan, tapi setelah aku menanyakan ke Linda apakah ia ingin meng-explore tempat-tempat di Pulau Lombok, ia juga mengiyakan. Sayang kalau tidak sekalian jalan-jalan di Lombok, begitu pendapatnya.

Aku langsung mencari tempat apa yang harus aku datangi selama berada di Lombok. Pilihan pertama jatuh di Kota Mataram. Disana ada beberapa penginapan murah dan tersedia tempat penyewaan motor. Namun setelah aku mengamati peta Pulau Lombok, ternyata daerah Senggigi lebih dekat dengan Pelabuhan Bangsal yang merupakan akses untuk menuju ke Gili Trawangan. Jadi lah aku memutuskan untuk stay di Senggigi. Lagi pula Senggigi merupakan salah satu daerah wisata yang terkenal di Lombok. Ada banyak pantai yang disuguhkan di sepanjang area Senggigi. Sungguh menawan.

Blog dan situs-situs wisata menjadi acuanku dalam perjalanan ini. Berjam-jam aku habiskan waktu di depan komputer. Aku mulai menyusun itinerary untuk menerka berapa budget yang harus kita siapkan untuk trip ini. Aku juga mulai mencari kontak pengelola hotel juga melihat harga hotel di situs booking.com dan agoda.com. Beberapa kontak sudah aku dapatkan, namun aku tidak langsung menghubungi mereka. Aku sempat menunda bebarapa hari dengan alasan kalau akhir tahun masih lama. Ternyata itu adalah kesalahan besar. Dua minggu sebelum penghujung tahun, aku mencoba menghubungi pengelola hotel. Beberapa hotel murah baik di Senggigi maupun Gili Trawangan sudah full-booked. Aku baru sadar jika liburan ini bertepatan saat high season. Sudah dipastikan banyak wisatawan yang juga berlibur dan harga hotel naik dua kali lipat.

Iseng-iseng membuka situs booking.com, aku melihat Pondok Shinta Homestay menawarkan harga yang relatif murah, yaitu Rp 150.000,- per malam. Lokasinya sangat dekat dengan pantai dan Art Market. Tanpa pikir panjang aku langsung memesan homestay itu. Penginapan di Senggigi sudah dapat, tinggal mencari penginapan untuk di Gili Trawangan. Ternyata itu lebih susah. Ada beberapa kontak yang tidak bisa dihubungi. Mencari di booking.com, harganya melebihi apa yang aku harapkan. Aku bilang ke Linda kalau aku susah mendapatkan penginapan murah disana. Well, mungkin kita bisa tidur di masjid atau perumahan warga, itu yang aku katakan padanya. Ia tidak mempermasalahkannya, yang penting kita liburan di Gili Trawangan.

Akhirnya tiga hari sebelum berangkat, aku menemukan homestay murah di Gili Trawangan via booking.com. namanya Gili Tralala Homestay. Hihihi namanya lucu. Harga yang ditwarkan bukan per kamar, tapi per bed. Satu bed harganya Rp 150.000. Jadi tipe kamar disana seperti asrama. Satu kamar bisa untuk empat orang. Hanya ada dua bed yang tersedia. Aku langsung booking. Sebelum hari-H, aku menelpon pengelola hotel untuk tambahan bed dan minta disiapkan sepeda. Biaya extra bed dikenakan 100.000. Harga sewa sepeda per hari dikenakan Rp 35.000.

Hari berikutnya Linda memberi kabar jika teman kami, Marisa, akan ikut juga liburan ke Lombok. Aku menghubungi Pondok Shinta Homestay mengkonfirmasi untuk extra bed. Untung biaya tambahan tidak terlalu mahal, hanya Rp 30.000,-. Aku juga langsung memesan motor kepada pengelola homestay dan mereka akan menyiapkannya.

Kamis, 02 Januari 2014

Panorama Menakjubkan dari Wisata Melamun Mangunan



Yogyakarta tidak hanya kaya akan wisata sejarah dan budaya. Wisata alam yang ada pun sangat menjanjikan untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Kebun Buah Mangunan yang terletak di Dusun Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Untuk mencapai wisata alam ini, pengunjung bisa melewati Jalan Imogiri Timur, sekitar 26 kilometer dari Kota Yogyakarta, ikuti plang yang ada di jalan atau 16 kilometer dari Kabupaten Bantul.
Menurut Sumadi selaku manajer kebun buah Mangunan, obyek wisata ini tidak hanya menawarkan kebun buah organik. Berbagai fasilitas lainnya juga disediakan untuk dapat dinikmati oleh pengunjung. Sebut saja bukit indah, Wisata Melamun, arena camping dan out bond, tempat bermain anak-anak, kolam renang serta kolam pemancingan.
“Obyek wisata Mangunan juga menyediakan tempat untuk pertemuan atau malam keakraban (makrab). Dari semua fasilitas, Wisata Melamun adalah tempat yang paling populer,” ujar Sumadi.
Wisata Melamun adalah wisata menarik yang berada di puncak obyek wisata Mangunan. Untuk menjangkaunya, disarankan menggunakan kendaraan beroda dua. Jalanan cukup sempit, menanjak, dan berbatu. Pengunjung yang menggunakan kendaraan harus berhati-hati melewati jalan ini.
Sesampainya di puncak, pengunjung harus menuruni beberapa anak tangga untuk mencapai sisi tebing. Dari Wisata Melamun itulah pemandangan alam yang menakjubkan tersaji. Pengunjung dapat melihat lekukan sungai Uyo, perbukitan, sawah, dan pemandangan hijau yang menyegarkan mata.
Ratih Pradiptasari (24), salah satu pengunjung yang datang untuk menikmati pemandangan dari Wisata Melamun. Pengunjung asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah ini mengaku baru pertama kali mengunjungi obyek wisata Mangunan.
“Saya sudah dari jam 06.00 datang kesini untuk melihat sunrise. Sayang sekali, pagi ini kabut cukup tebal sehingga tidak bisa melihat pemandangan yang dibawah,” kata Ratih saat ditemui, Minggu (13/1).
Biaya retribusi obyek wisata Mangunan cukup terjangkau, yaitu Rp 5.000,-. Pengunjung bisa sepuasnya menikmati pemandanga alam yang mempesona, membeli buah organik, atau menikmati fasilitas lainnya yang tersedia. Untuk informasi selengkapnya, bisa menghubungi Sumadi (081 6689 425).