Pemandangan dari Malimbu Hill. Pulau Gili Trawangan terlihat dari atas sini |
Setelah
check-in dan naruh barang bawaan,
kita ke depan homestay untuk nanyain motor yang sudah kita sewa. Pemilik dan
staff penyewaan motor ternyata orang Bali. Mereka pakai bahasa Bali gitu. Berasa
di kampung sendiri jadinya heheheee. Gak terlalu lama, staff ngasih kamu dua
kunci. Sebagai jaminan, KTP aku dipinjam sebentar. Kami langsung nanya obyek
wisata yang bias kami kunjungi sore itu juga. Mereka ngasih tahu Pantai
Malimbu. Dari sana bias kelihatan Gili Trawangan. Oke lah, akhirnya kita
berangkat. Di perjalanan kita beli bensin. 1 liter harganya Rp 10.000.
Sekitar
20 menit, kita sampai di bukit Malimbu dengan jembatan birunya. Setelah parkir
motor, kita langsung foto-foto. Pemandangannya bagus! Bukit hijau, ombak biru
dan langit cerah, komposisi yang sempurna. Kita tidak turun ke pantainya. Hanya
melihat-lihat dari jembatan biru. Puas foto-foto dan liat pemandangan, kita
makan jagung bakar. Perut kita laper banget. Tadi pagi Cuma makan mi goring itupun
dibagi dua. Harga jagung bakar Rp 5.000 dan biaya parkirnya Rp 1.000 per motor.
Kita
melanjutkan perjalanan kea rah utara. Jalanan sepi dan asri. Kiri kanan banyak
ada pepohonan. Tapi kalau malam hari kelihatan serem karena tidak banyak ada
bangunan disana. Tujuan selanjutnya adalah Pantai Nipah. Pantai berpasir putih
dengan ombak yang tenang. Masuk ke pantai ini gratis. Hanya bayar parkir
sebesar Rp 1.000 per motor. Pantai ini cocok buat snorkeling. Ada beberapa anak
muda juga datang ke pantai ini untuk bersnorkeling. Ah saying aku tidak membawa
baju ganti.
Pantai Nipah |
Sehabis
dari Pantai Nipah kita kembali ke homestay. Maunya sih mandi dulu, tapi kita
malas. Akhirnya jalan-jalan ke Art Market dan pantai yang ada di belakang
homestay. Pasir pantai tidak seputih pasir di Pantai Nipah, agak hitam. Banyak ada
perahu yang bersandar di bibir pantai. Kita terus saja jalan, siapa tahu ada
yang menarik. Eh, sedang asyik jalan, ada satpam yang menegur kalau kita tidak
boleh memasuki areal pantai itu. Hanya pengunjung hotel yang boleh masuk. Diiihh,
Marisa sampai trauma gitu gara-gara diusir satpam. Padahal pantai kan milik
bersama. Pantai itu tidak dibangun sama pihak hotel kan? Jadi ingat waktu
jalan-jalan ke Pantai di Nusa Dua. Selain pengunjung hotel, tidak ada yang
boleh memasukki areal pantai. Sebel.
Kita
lanjut jalan-jalan di sekitar homestay. Kita ketemu sama pemilik jasa penyewaan
motor di depan homestay. Sebelumnya dia nawarin kita untuk rental mobil dengan
harga Rp 550.000 dan diajak berkeliling ke Lombok Tengah. Kita sempat tawar
dengan harga Rp 500.000, bapaknya gak ngasih. Harga terakhir yang dia tawarkan
yakni Rp 515.000. Oke lah, kita setuju dengan harga itu. Kita melanjutkan perjalanan
dan menemukan penjual gelato. Satu scoop
harganya Rp 18.000. Kita beli dengan rasa yang berbeda dan saling icip. Kita
kembali menyusuri jalan raya Senggigi. Banyak tempat penyewaan menyelam dan
snorkeling. Ada beberapa butik dan café juga.
Hari
mulai malam, kita memutuskan untuk mandi dan cari makan. Staff homestay
menyarankan untuk makan di warung Cak Poer, harga disana terbilang cukup murah.
Kita memutuskan untuk makan disana. Harga paling murah di warung Cak Poer
sekitar Rp 17.000 untuk satu porsi nasi goreng. Kita bertiga order nasi goreng
dan untuk minum, kita beli di mini market yang ada di depan warung. Hemaaaat…
Sekitar
pukul 8 malam, kita iseng-iseng keliling dengan motor sambil ngabisin bensin. Kita
sama sekali gak tahu jalan dan gak tahu mau kemana. Cuma lurus mengikuti jalan
utama. Akhirnya kita sampai di jalan satu arah. Agak takut juga kalau kita
nyasar. Kita terus saja jalan dan menemukan taman yang cukup ramai. Kami memutuskan
untuk berhenti di taman yang diberi nama Adipura itu. Taman itu terletak di
kota Ampenan. Linda dan Marisa beli cemilan yang dilapisi kocokkan telur
goren, sedangkan aku beli pentol. Rasa kedua cemilan itu lumayan enak. Setelah puas,
kita balik ke homestay. Sebelumnya kita tanya ke tukang parkir bagaimana cara
ke Senggigi. Tukang parkir itu terlihat sedikit kaget. Ia member tahu kami agar
jalan saja mengikuti jalan utama dan tinggal lurus untuk ke Senggigi. Terima kasih
Pak Parkir. Sampai di homestay kita mau istirahat. Eh ternyata, temannya Marisa
yang asli dari Lombok mau datang menemui dia. Kita dibawakan nasi lalapan
dengan lauk ayam dan ikan goreng. Temannya pun membantu kita mencarikan
penginapan di Gili Trawangan untuk tanggal 31 Desember, walau pada akhirnya
bantuan temannya Marisa kami sia-siakan. Terima kasih dan maafkan kami yaa Bung
Bejo.